-

seorang pendaki dan petualang adalah seorang yang sangat menghargai kehidupan untuk menemukan arti kehidupan yang sebenarnya.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Seorang petualang terbaik tak hanya orang yang selalu mencoba hal-hal baru, tapi dia juga orang yang tak pernah melupakan sejarah dirinya.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"Hanya di ketinggian pegunungan saya dapat bahagia!"

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, May 15, 2013

Apa itu Konservasi??


Apa itu Konservasi merupakan sebuah pertanyaan yang baisanya banyak menimbulkan perntayaan kembali. Koservasi itu sendiri . Arti Konservasi Secara umum adalah Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup dengan memperhatikan manfaat yang diperoleh pada saat melakukan Konservasi tersebut serta mempertahankan setiap bagian lingkungan untuk pemanfaatan di masa depan.

Konservasi Sumber Daya Alam Menurut UU. 4 Tahun 1982 adalah Pengelolah sumber daya alam yang menjamin pemanfaatan secara bijaksana sesuai dengan apa yang ditetapkan demi kesinambungan untuk persedian sumber daya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman.

Sesuai penjelasan tentang Apa itu Konservasi tersebut diatas, makan dapat disimpulan bahwa Konservasi ditujukan agar :
  1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
  2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
  3. Terwujudnya manusia indonesia dengan pembina lingkungan hidup
  4. Terlaksannya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan akan datang.
  5. Terlindungnya negara terhadap dampak  negatif dari kegiatan  di luar wilayah  negara yang menyebkan kerusakan dan pencemaran ekosistem lingkungan.


Tujuan dari pada Konservasi tersebut  akan menimbulkan  manfaat yang tentunya bukan mustahil untuk terjadi,jika dilakukan dengan benar dan sesuai kesepakatan dari tujan Konservasi itu sendiri. beberapa manfaat itu diantarnya :
  1. Terjanganya kondisi alam dan lingkungan
  2. Terhidarnya dari Bencana alam akibat perubahan alam.
  3. Terhidarnya makhluk hidup dari kepunahan.
  4. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik makro maupun mikro
  5. Mampu memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Untuk mencapai manfaat-manfaat dari Konservasi tersebut, tentunya di butuhkan cara untuk melakukannya, adapun beberapa cara yang seharunya dan sangat perlu untuk dilakukan dan wilayah pengaplisasian objek pembangunan Konservasi tersebut, diantarnya :
  1. Pelestarian dalam Hutan (Insitu) : Hutang Lindung, kawasan lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian lingkungan.
  2. Pelestarian diluar Huntan ( Eksitu) : Kawasan koservasi laut, kawasan hutan lindung luar hutan, tempat penagkaran (Taman Safari/Kebun Binatang).
  3. Pengaplisasian Objek  Konservasi Sumber Daya Alam  juga diperlukan beberapa upaya, dengan melakukan berbagai kegiatan, misalnya :
  4. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan.
  5. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan-tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
  6. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan Ekosistemnya.

Pencinta Alam Dan Paradigma Gerakan Lingkungan

penanaman d lokasi pemandian bandar kab. batang


penananaman di sepanjang jalan wonotunggal, kab. batang
penanaman di pantai Jodoh Kec. Gringsing Kab, Batang

rehabilitasi pesisir pantai sicepit, kab. batang


” jika ingin mengubah negara untuk kegiatan - kegiatan yang sulit tentang persoalan kebijakan politik, pencinta lingkungan menjadi sumber kekuatan dengan apa saja dapat dilakukan. Jika anda ingin mempunyai negara untuk kepentingan ekonomi, pikirkan diri anda dan generasi anda yang akan datang, saya yakin anda dapat melakukannya” (Gerlorfd Nelson dalam catalyst conference speech university of Illionis, 1990)


Pencinta Alam di Indonesia saat ini belum dirasakan sebagai salah satu akar gerakan lingkungan, terbukti dalam korelasinya saat ini dengan menjamurnya perhimpunan pencinta alam seiring pula dengan kerusakan yang tidak terkendali.
Dimanakah letak penyimpangan ini karena keberadaan pencinta alam dalam tataran yang ideal dapat menumbuhkembangkan generasi yang peduli lingkungan. ini patut dikembangkan baik dalam pola gerakan maupun pengembangan organisasinya. Namun dalam tataran real tidak bisa di bedakan antara pencinta alam dan penggiat alam terbuka karena keduanya hampir tidak bisa dibedakan mana yang penggiat dan mana pencinta alam 

Model gerakan lingkungan yang berasal dari pencinta alam pada periode kelahirannya lebih menekankan pada kecintaan terhadap alam yang diwujudkan dengan naik gunung, camping, pelatihan konservasi, dan penghijauan di lereng-lereng gunung. Selain kecintaan terhadap alam, mereka ornop dan sebagian pencinta alam masih terkonsentrasi pada model pembangunan. Karena mereka masih meyakini kebenaran model pembengunan berkelanjutan dengan standar kemajuan ekonomi yang sesungguhnya menimbulkan dampak. 

Simpulan Paradigma 
Dua nama, pencinta alam dan penggiat alam terbuka seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. 

Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsd. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun space, ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. 

Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas petualangan seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.

Belakangan, berlahiran kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai “Kelompok Pecinta Alam, (KPA)”. Namun, keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan oleh KPA-KPA lain, dengan demikian banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat. 

Pencinta alam dunia dengan gerakan enviromentalisme yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini patut kita contoh sebagai satu gerakan untuk masa depan, kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pencinta alam, begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas mereka berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. 

Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini supaya terhindar dari terputusnya sistem dalam kehidupan ini bukan tanggung jawab pencinta alam atau penggiat alam terbuka saja tapi tugas kita semua sebagai mahluk penghuni bumi dan dua arah yang berbeda dapat bersatu untuk menciptakan kelestarian alam ini khususnya lingkungan hidup. 

Aktivis lingkungan hidup dunia dengan gerakan cinta lingkungannya akan lebih berarti tindakannya dengan dukungan dari para pencinta alam yang ada di negeri ini. Dalam perbedaan pola fikir dan arah gerak pencinta alam dengan penggiat alam terbuka terdapat kesamaan pula dengan media yang sama untuk itu bukanlah suatu kemustahilan keduanya bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan. 

Sebuah peringatan kepada kemanusiaan yang diterbitkan oleh 1.575 ilmuwan dari enam puluh sembilan negara yan mengikuti Konverensi Rio tahun 1992 perlu kita ketahui sebagai sebuah awal penyadaran untuk lingkungan hidup ini. 

“Peringatan ” itu berisi bahwa umat manusia dan alam berada pada arah yang bertabrakan. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan dan sumber daya yang sangat penting yang seringkali tidak dapat di pulihkan. Jika tidak dikaji, banyak dari kegiatan kita skang yang ini menempatkan masa depan pada keadaan yang sangat beresiko, sehingga kita menghadapi realitas masyarakat manusia dan alam tumbuhan dan hewan dan mungkin juga dunia tempat kita hidup ini berubah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan menurut cara yan kita kenal. Perubahan fundamental adalah urgen jika kita ingin menghindarkan benturan dalam arah perjalanan kita yang sekarang ini terjadi.(” World scientist Warning to Humanity “) , Pernyataan siaran pers diterbitkan 18 November 1992 oleh The Union of Concerned Scientist.) “ 

Ancaman yang menempatkan alam dan penghuninya (manusia maupun bukan manusia) berada dalam bahaya ini patut kita ketahui bersama tentang konsekuensi dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh umat manusia sebagai penghuni bumi ini. 

Enviromentalisme dan gerakan lingkungan 

sebelum melangkah lebih jauh melihat gerakan lingkungan baiknya kita tinjau masalah lingkungan. Masalah masalah lingkungan hidup seringkali tidak menjadi prioritas yang tinggi dan seringkali menjadi sub agenda dengan demikian akhirnya larut dan tenggelam dalam tema-tema kampanye yang lebih luas dan abstrak. sementara itu gerakan lingkungan atau dsebut jugaenviromentalisme yaitu suatu faham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai pola dan arah gerakannya.
Bagi sebagian pihak enviromentalisme mungkin asing karena enviromentalisme dianggap sebagai gerakan yang membahayakan orde pada waktu itu (orde baru) terutama dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekploitasi hutan. Organisasi non politik yang concern pada lingkungan pada masa itu pun di arahkan langsung oleh Emil Salim waktu itu menjabat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk tidak mengikuti taktik Green Peace ataupun The German Green yang bisa masuk mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan dampak lingkungan hidup terhadap alam ataupun masyarakat. 

Sedangkan gerakan lingkungan hidup menurut literatur sosiologi istilah “gerakan lingkungan hidup” digunakan dalam tiga pengertian yaitu pertama sebagai penggambaran perkembangan tingkah laku kolektif (collective behavior). Kedua, sebagai jaringan konflik-konflik dan interaksi politis seputar isu-isu lingkungan hidup dan isu-isu lain yang terkait. Ketiga, sebagai perwujudan dari perubahan opini publik dan nilai-nilai yang menyangkut lingkungan. 

Di Indonesia istilah gerakan lingkungan hidup di pakai dalam konsorsium : “15 tahun Gerakan Lingkungan Hidup : Menuju Pembangunan Berwawasan Lingkungan”. Yang di selenggarakan oleh kantor Meneg Kependudukan Dan Lingkungan Hidup di Jakarta, 5 Juni 1972. 

Denton E Morrison mengusulkan bahwa yang di sebutkan gerakan lingkungan hidup sesungguhnya terdiri dari 3 komponen yaitu
komponen pertama, the organized or voluntary enviromental movement ( gerakan lingkungan yang terorganisir atau gerakan yang sukarela ) termasuk dalam kategori ini adalah organisasi lingkungan seperti Enviromental Devense Fund, Green Peace atau di Indonesia ada WALHI Jaringan Pelestarian Hutan “SKEPHI”.
Komponen kedua, The public enviromental movement (gerakan lingkungan publik ) adalah khalayak ramai yang dengan sikap sehari-hari dalam tindakan dan kata-kata mereka menyatakan kesukaan mereka terhadap ekosistem tertentu, pola hidup tertentu serta flora dan fauna tertentu.
Komponen ketiga The Institusional Enviromental Movement (gerakan lingkungan terlembaga ) ini sangat menentukan dalam negara negara berkembang dimana peranan negara sangat dominan dan peranan aparat-aparat birokrasi resmi mempunyai kewenangan hukum (yuridiksi) terhadap kebijakan umum tentang lingkungan hidup atau yang berkaitan dengan lingkungan hidup sebagai contoh di Amerika ada Badan Perlindungan Lingkungan ( EPA - Enviromental Protection Agency), Dinas Pertamanan Nasional ( National Park Service) padanannya di Indonesia adalah Kantor Meneg KLH, DEPHUT. 

Komponen gerakan lingkungan terlembaga ini penting untuk di amati sendiri ambilah contoh keberhasilan EPA dalam mengendalikan polusi air dan udara misalnya di pengaruhi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan luar negeri serta ketersediaan sumber-sumber energi 

Hakikat gerakan lingkungan menurut Buttel dan Larson mempunyai beberapa manfaat, pertama struktur gerakan lingkungan di setiap negara yakni hubungan diantara tiga komponen itu bisa berbeda-beda dan ini membawa variasi yang cukup berarti di antara paham lingkungan (enviromentalism) negara-negara itu. Kedua, taktik dan ideologi gerakan lingkungan terorganisir di suatu negara dapat di lihat sebagai hasil interaksi diantara komponen - komponen kelas negara itu satu pihak, dan kelompok-kelompok kepentingan (interces group) dilain pihak. 

Epilog 

Perubahan paradigma dalam tubuh pencinta alam bukan sebuah kemustahilan untuk berubah dan seimbang dengan kegiatan kegiatan alam terbuka yang biasa di gelutinya. Tidak menutup kemungkinan sebuah gerakan radikal untuk masalah kesadaran lingkungan terwujud dalam satu koridor gerakan lingkungan karena masalah lingkungan adalah masalah bersama yang membutuhkan kerjasama dari setiap stake holder pelaku,pemerhati dan aktivis yang bergerak atasnama lingkungan 

Dalam konteks gerakan lingkungan, maka tantangan semakin yang semakin besar di masa mendatang mengharuskan kita untuk melakukan reposisi gerakan lingkungan menjadi gerakan sosial, karena ini adalah satu-satunya jalan untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi

Organisasi Tertua Pecinta Alam di Indonesia


Apa nama organisasi tertua di Indonesia? Artikel ini mungkin bisa mengobati rasa penasaran Anda untuk mengetahui jawabannya.

Organisasi tertua Pecinta Alam di Indonesaia adalah Wanadri. Untuk lebih lengkapnya, abiekhan.blogspot.com, memaparkan seperti berikut.

Sebenarnya Kalau kita putar mesin waktu kita, Pecinta alam sudah ada sebelum Negara kita merdeka. Pada tahun 1912, di Nusantara sudah ada yang namanya DE NEDERLANDSH INDISCHE VEREENIGING TOT NATUUR RESCHERMING kita memang tidak tahu apa arti dari nama tersebut, tapi dilihat dari katanya yang jelas ada Natuur-nya.Dan pada tahun 1937 terbentuklah BESCHERMING AFDELING VAN’T LAND PLANTETUIN. Inilah kegiatan kepencintaalaman mulai aktif. Tapi kapankah kegiatan pencinta alam secara resmi dimulai di jaman Republik Indonesia..???


Untuk mencoba menjawabnya, ini saya ringkaskan artikel dari alm. Norman Edwin berjudul “Awibowo – Biang Pencinta Alam Indonesia” (Mutiara, 20 Juni-3 Juli 1984). Awibowo adalah pendiri dari salah satu perkumpulan pencinta alam pertama di Indonesia. Nama perkumpulannya yaitu “PERKOEMPOELAN PENTJINTA ALAM”(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953 dan bubar pada akhir tahun 1950. Dan setelah itu berdirilah WANADRI (PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG), merupakan salah satu organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas.


Wanadri mempunyai sekretariat di kota Bandung. Wanadri berdiri tahun 1964, tahun yang sama dengan tahun lahirnya MAPALA SASTRA UI.

Gagasan untuk mendirikan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri dicetuskan oleh sekelompok pemuda yang sebagian besar adalah bekas pandu pada bulan Januari 1964.

Perhimpunan ini kemudian diresmikan pada tanggal 16 Mei 1964. Wanadri terdiri dari sekelompok orang yang mencintai kehidupan di alam bebas.

Wanadri lebih jauh lagi merupakan masyarakat tersendiri, yang memiliki aturan dan norma baik tertulis maupun tidak, namun semua itu berlaku dan dihormati.

Nama Wanadri berasal dari bahasa Sansekerta. “Wana” berarti hutan dan “adri” itu gunung. Wanadri berarti gunung di tengah-tengah hutan.

Visinya berdasar AD/ART adalah menjadi organisasi pendidikan untuk mendidik manusia, khususnya anggotanya untuk mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam hakekat dan janji Wanadri.

Tujuan Wanadri adalah membentuk manusia yang mandiri, ulet, tabah. Mendidik anggotanya menjadi manusia Pancasilais sejati, percaya pada kekuatan sendiri. 

Eksistensi Pecinta Alam Dilupakan Pemerintah


PECINTA ALAM, penjelajah gunung dan hutan, atau apapun namanya, adalah sebuah komunitas yang terbentuk dari sebuah kenyataan bahwa manusia dan alam adalah sebuah sinergi yang tidak dapat dipisahkan. Karena, manusia pada dasarnya memang memerlukan alam untuk berkembang, demikian pula sebaliknya, alam memerlukan manusia sebagai pemelihara dan pengguna yang bertanggung jawab. 

Bisa dikatakan, hubungan simbiotik mutualisme yang terbentuk di antara manusia dan alam adalah hukum tertinggi dalam konteks ekosistem. Paling tidak, pendapat di atas, adalah salah satu dari sekian alasan mengapa terbentuk organisasi pecinta alam. Sebuah organisasi yang mengajarkan mengenai hubungan “cinta” antara manusia dengan hutan dan gunung, sungai, laut, udara, dll., yang dikolaborasikan dengan pendidikan berjenjang melalui laboratorium kepemimpinan yang dimilikinya dan dalam aplikasinya dituangkan dalam bentuk yang beragam.
Baik melalui kegiatan petualangan, maupun bermacam kegiatan yang bermakna filosofis dan sistematis; yakni penanaman keyakinan dan penyamaan persepsi bagaimana membentuk jiwa-jiwa petualang yang selalu berupaya menempatkan dirinya pada posisi yang harmonis dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sosial. Sehingga, harapan tertinggi dari semua itu tidak lain adalah kesadaran akan kebesaran Tuhan; betapa Tuhan tidak pernah sia-sia menciptakan alam semesta, dengan berbagai warna dan bentuk serta hubungan di antara penghuninya. http://www.kafe-relawan.com/artikel/15?mobile=1

LAHIR DARI GERAKAN KEPANDUAN
Pada awalnya (di era 60’an), organisasi pecinta alam di Indonesia lahir sebagai bentuk “pemberontakan” atas sistem kepanduan yang dipandang telah melenceng dari cita-cita sang pendiri gerakan kepanduang Sir Baden Powell (1857-1941). Baden Powell yang menciptakan kepanduan di Inggris itu, pada awalnya mengkombinasikan sistem disiplin militer dengan konsep berpetualang dalam organisasi kepanduan, dengan harapan membentuk kader-kader petualang yang memiliki disiplin tinggi, peka terhadap lingkungan sosial, tidak pantang menyerah, dan mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi.
Sejak era 60’an (hingga saat ini pun cenderung tidak jauh berbeda), gerakan kepanduan di Indonesia dalam rangkaian aktivitasnya lebih condong kepada sistem kerja yang disibukkan dengan pola kepangkatan dan pendidikan berjenjang yang akhirnya melahirkan komunitas yang “terlena” bahwa hakikat kepanduan tidak sekedar berbicara masalah pangkat dan jabatan semata (yang dibuat sedemikian rupa layaknya organisasi militer).
Lalu salah satu “kesalahan fatal” lainnya dari gerakan kepanduan di Indonesia adalah di mana organisasi ini telah menjadi lahan politik; terkontiminasi melalui dana APBN dan APBD, campur tangan pemerintah, dan masuknya elit-elit politik ke dalam struktur kepanduan yang (maaf) mungkin sekedar memanfaatkan posisi strategis dan politis semata.
Alasan-alasan di atas, adalah sebuah gambaran munculnya “pemberontakan” komunitas kepanduan dengan membentuk “organsiasi kepanduan” yang baru; pecinta alam/penjelah gunung hutan. Organisasi ini dibentuk sebagai upaya melanjutkan cita-cita pendiri gerakan kepanduan dunia, dan tanpa menghilangkan beberapa konsep kepanduan di Indonesia yang masih relevan.
Karena, organisasi pecinta alam tidak mungkin meninggalkan pola disiplin dan nasionalisme yang memang diajarkan kepanduan dan menciptakan petualang itu memang harus melalui laboratorium kepemimpinan yang diterapkan secara sistematis. Dari mulai pendidikan dasar, pola pembinaan, masa pengembaraan, kursus-kursus kepemimpinan, petualangan, latihan-latihan, dll. Pada intinya, organisasi pecinta alam mencoba dan terus berupaya menyeimbangkan antara konsep berpetualang, nasionalisme, dan kepemimpinan (manajerial dan administrasi). 

PERAN PECINTA ALAM KEPADA BANGSA DAN NEGARA
Lalu apa sumbangsih pecinta alam kepada bangsa dan negara selama ini? Sekalipun pecinta alam relatif masih berumur muda dibanding organisasi Pramuka misalnya, atau Palang Merah Indonesia (PMI), sesungguhnya kontribusi pecinta alam cukup banyak. Dalam bidang konservasi misalnya, di era 80’an organisasi pecinta alam sering menjadi pelopor kegiatan-kegiatan penyelamatan hutan (reboisasi), sekalipun intensitasnya kini mulai berkurang. Atau kegiatan bersih sungai, kota, dll.
Bahkan di banyak wilayah hutan-gunung, banyak kelompok pecinta alam yang rela menjadi jagawana (penjaga hutan) tanpa bayaran dari mana pun, baik dari instansi pemerintah atau pun swasta. Hal itu mereka lakukan semata-mata dalam rangka rasa tanggung jawab mereka kepada alam. Pendapat ini mungkin terasa retorika, namun kenyataan di lapangan menunjukkan demikian.
Lalu di bidang sosial, kelompok pecinta alam juga menjadi kekuatan tersendiri. Contohnya dalam operasi-operasi SAR, baik di darat maupun laut. Demikian pula dalam penanganan-penaganan korban bencana alam. Dalam kegiatan-kegiatan ini, mereka bergerak atas inisiatif sendiri, tanpa dorongan dari manapun, dan atas biaya sendiri. Baik secara pribadi maupun organisasi.
Di bidang olahraga petualangan, kelompok pecinta alam juga bahkan sering mengharumkan nama bangsa. Baik dalam pendakian puncak-puncak tertinggi dunia maupun dalam kompetisi-kompetisi panjat dinding. Pemanjat dinding kita diperhitungkan oleh dunia internasional sebagai salah satu komunitas yang potensial (hal ini terbukti dari berbagai prestasi juara baik di tingkat Asia maupun Dunia yang telah ditorehkan sejumlah atlet yang notabene merupakan hasil godokan organisasi pecinta alam).

PEMERINTAH MENUTUP MATA?
Namun sayang, jika kita perhatikan selama ini, kelompok pecinta alam sebenarnya terkesan dianaktirikan oleh pemerintah. Tidak seperti halnya kepada Pramuka atau PMI misalnya, di mana dukungan pemerintah secara finansial pun sangat besar. Namun, bukan bantuan finansial yang sesungguhnya dibutuhkan pecinta alam dari pemerintah. Karena wujud perhatian itu bukan sekedar itu.
Mungkin pemerintah belum menyadari berbagai potensi dan kontribusi yang bisa dan telah dihasilkan pecinta alam kepada bangsa dan negara. Organisasi ini bukan sekedar komunitas petualang yang sekedar “naik-turun gunung”, namun di balik semua itu, kelompok pecinta alam menyimpan energi yang besar yang mampu mewarnai negara ini dengan segala kontribusinya.
Tetapi, persoalannya “pecinta alam yang tergeser” itu apakah sebagai akibat dari lemahnya perhatian pemerintah, atau komunitas pecinta alam itu sendiri yang mengekslusifkan dan menjauhkan diri dari keterlibatan pemerintah? Tampaknya keduanya benar.
Pemerintah tampaknya memang “lupa” jika pecinta alam itu menyimpan potensi yang sangat besar. Sementara komunitas pecinta alam itu sendiri, tampaknya terlalu asik dengan dirinya sendiri, merasa menjadi komunitas “bebas” bahkan bebas dari hubungan dengan pemerintah (bukankah hakikat pemerintah itu untuk mensejahterakan masyarakatnya, yang salah satu aplikasinya adalah dengan melakukan pembinaan kepada berbagai organisasi yang potensial? Lalu kenapa pecinta alam tidak memanfaatkan ini?).

Karakteristik dan Kepribadian Seorang Relawan


Karakteristik dan Kepribadian Seorang Relawan

Menjadi seorang relawan bencana adalah hal yang sangat mulia. Tidak semua orang mau terjun langsung dan memberikan bantuan kepada korban-korban yang membutuhkan. Uluran-uluran tangan relawan seakan menjadi penyelamat bagi mereka yang telah kehilangan harta benda bahkan nyawa. Tekanan batin para korban bencana beragam adanya.

Banyaknya perasaan yang mungkin muncul dari diri koran seharusnya menjadi catatan yang wajib diketahui oleh seorang relawan. Pasalnya, hal ini akan menjadi dasar dari perilaku yang harus dimunculkan oleh seorang relawan. Rata-rata relawan harus mampu menunjukan sikap keramahan, altruisme-empati, dan tentunya dengan perasaan yang tulus untuk membantu.

Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang atau kelompok orang yang berkeinginan untuk menjadi relawan menurut Smile Package Community (Shaleh, 2009) yaitu :
  1. Sehat lahir dan batin
  2. Menunjukan komitmen kepada tugasnya
  3. Bisa bekerjasama dalam tim
  4. Dapat berkomunikasi dengan baik


Menurut Rajagukguk, Sinaga & Effendi (Shaleh, 2009), pada dasarnya relawan dilingkupi oleh beberapa ciri khusus, yaitu:
  1. Melayani secara bebas dan sadar
  2. Melayani untuk kesejahteraan
  3. Dalam semangat kebersamaan
  4. Persaudaraan
  5. Tanpa mengharapkan balas dan jasa


Alasan untuk menjadi relawan adalah kompleks dan sering mengombinasikan altruisme dan kepentingan diri. Keinginan menolong orang lain dan mengekspresikan nilai-nilai yang dianut adalah alasan-alasan penting dibalik kesedian menjadi relawan. Kesempatan untuk mendapat keterampilan baru, bertemu orang baru, dan menambah pengalaman juga bisa menjadi alasan utama (Taylor, Peplau, & Sears dalam Shaleh, 2009)

NEWS

« »
« »
« »